Minggu, 03 Oktober 2010

cibiran di gang senggol

hari ini seperti biasa, bangun subuh, menggeliat, lalu keluar kamar dan menyaksikan siaran gosip di tv..
sebuah sarapan pagi yang rutin aku santap
kini zaman sudah berubah, tidak seperti ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar.
bangun pagi aku disuguhi dengan berita pagi, belum lagi kalau sedang ada pidato presiden yang menyiarkan siaran langsung. aku sangat jengkel dibuatnya. karena itu berarti siaran yang seragam menghiasi semua stasiun televisi. tidak ada film kartun favoritku, hanya ada siaran langsung berupa pidato panjang dengan untaian kata-kata rumit membicarakan nasib negeri ini. aku sama sekali tidak mengerti.

perubahan terjadi seiring dengan perkembangan zaman, kini setiap pagi, hanya gosip yang aku dengar. berupa siaran langsung dan hampir seragam di setiap stasiun tv. sampai jengah aku mendengarnya. entah kenapa membicarakan aib orang lain merupakan hobi menarik di negeri ini. dan gosip identik sekali dengan kaum hawa. mengapa kaum hawa? yang selalu di cap hobi bergosip, di gang senggol sore hari sambil menunggu suami pulang ke rumah, mengawasi anak bermain atau sedang menunggui anak sekolah.
gosip, menjadi tontonan wajib ibu-ibu. terkadang aku tidak setuju dengan pendapat ini. tapi melihat kenyataan yang ada, apa mau dikata. memang itu nyata.
di gang senggol dekat rumahku, tetangga sedang membicarakan perilakuku, suka pulang malam, sering membawa laki-laki bermain di rumah, cuek terhadap tetangga, tidak aktif pada kegiatan karang taruna. ya, gosip tentangku hanya seputar itu. sampai-sampai ibuku menyarankan aku untuk pulang ke rumah melewati pintu dan gang yang berbeda. untungnya rumahku memiliki pintu samping yang dapat tembus di gang yang berbeda, gang yang aku lewati tanpa harus melintasi gang senggol tempat bergosip itu.

ibu sering memperingatkan aku untuk menjaga sikapku di depan mereka. tapi aku tidak peduli, dari dulu memang begitu. aku tidak pernah peduli apa kata orang lain. aku sering pulang malam dengan alasan yang positif. membaca buku di taman bacaan sampai malam, belajar bersama, shalat isya berjamaah, lalu pulang ke rumah. memang, aku bisa tiba di rumah sampai jam 10 malam. tapi aku tetap bertahan dengan alasan yang positif. tidak terima di cap tidak baik begitu saja.

aku menghindari pertemuan dengan laki-laki di luar rumah, karena menurutku laki-laki adalah sosok yang tidak aman, mereka berbahaya. maka aku mencari tempat aman agar aku dapat bercengkrama bebas dengan teman laki-laki ku..aku memilih rumah sebagai tempat kami bersenda gurau. dan ibu, lebih senang dengan keputusanku itu. memang lebih aman di rumah..aku terlindungi..

gosip, digosok makin sip. semakin dibicarakan semakin berkembang, seperti jamur. sudah kebal aku dengan gosip. sudah kebal telinga ibuku mendengar tetangga berbicara tentangku. berbicara mengenai diriku dengan nada sok tahu, tapi mereka memang tidak tahu apa-apa...
aku acuh, tak peduli..

sampai saat ini, aku pun acuh. tidak peduli dengan apa kata mereka yang membicarakanku di belakang.
aku tetap bertahan pada pendirianku
aku tetap berusaha memberi yang terbaik. dan aku disini, di jalan ini, dengan langkah penuh semangat..membuktikannya pada mereka, yang memandang sebelah mata padaku...

aku memang seperti ini, lalu mau apa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar