Jumat, 18 November 2016

Obituary Untuk yang Terkasih




Tepat di tanggal 12 November 2016, malam harinya aku keliling mall paling megah di Bekasi untuk memilih hadiah paling tepat di ulang tahun mu yang ke 28 tahun ini. Hari ulang tahun kita hanya jeda sehari. Hampir di setiap tahun kita merayakannya bersama. Hanya di tahun-tahun tertentu kita tidak bersama karena aku pasti sedang di luar kota kala itu. Kali terakhir kita merayakan ulang tahun bersama adalah di tahun 2014. Tepat 2 tahun yang lalu. Itu pun kurang sempurna, karena disaat yang bersamaan aku juga harus bertemu dengan laki-laki harum rumah untuk berbincang, menyelamatkan hubungan kami yang hampir kandas, yang nyatanya kandas juga di bulan yang sama. Mohon maaf karena tahun lalu kita tidak sempat merayakan ulang tahun bersama. Karena suatu tugas, aku harus pergi ke Medan, merayakan ulang tahun sendirian, tanpa kamu di sisiku.

Di tahun ini kita tidak berjanji secara lisan untuk merayakan ulang tahun bersama. Namun diam-diam aku sudah berencana untuk merayakan ulang tahun bersama kamu. Aku sudah mengajukan permohonan cuti dari satu bulan sebelumnya. Aku merencanakan dalam diam, untuk berdua saja dengan kamu. Banyak orang berpikir bahwa aku akan merayakan ulang tahun sambil berkencan, ada juga yang menyangka bahwa aku sengaja ambil cuti karena ingin lamaran dan sayangnya semua anggapan itu salah.

Aku menyiapkan semuanya untuk kamu, sahabat terbaik, kakak, orang tua, partner. Kau segalanya bagiku. Hanya kepada kamu aku bisa bercerita tentang apa pun, termasuk mengenai keluarga, karena secara kebetulan yang teratur kita memiliki cerita dan trauma yang sama mengenai keluarga. Bercerita mengenai keluarga kepada orang lain sama saja seperti membuka aib sendiri namun alpa solusi, setidaknya itu yang kita pahami.

Di suatu pesan singkat, ibu mu memintaku datang di tanggal 13 November, tepat di hari ulang tahunmu. Ibu mu memintaku datang pagi hari, namun aku tidak bisa karena aku sudah punya janji sebelumnya. Aku katakan bahwa aku akan datang di malam hari atau di tanggal 14 November, tepat di hari ulang tahunku karena aku sudah sengaja cuti.

Aku masih sangat ingat, ketika hari berganti dari 12 November ke 13 November, lewat tengah malam aku memberimu ucapan selamat ulang tahun, yang kemudian kamu balas di pagi harinya. Kita masih sangat bahagia di saat itu. Siapa yang sangka itu akan menjadi percakapan terakhir antara aku dan kamu, karena tepat di sore harinya sehabis ashar aku menerima kabar menyedihkan ini dari adikmu. Aku tidak percaya, seakan duniaku hancur saat itu juga. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju rumahmu. Sampai saat ini pun aku tidak percaya kamu sudah pergi.

Aku cuti untuk merayakan ulang tahun bersama kamu, bukan untuk menyaksikan upacara pemakaman kamu. Di antara sekian kejutan hari ulang tahun, ini yang paling aku benci. Aku tidak suka dengan cara Tuhan memberikan hadiah tahun ini. Aku marah, menyesal sekaligus hancur. Di antara sekian pelayat pada hari itu, mungkin aku yang paling hancur karena belum sempat memenuhi janji-janji yang pernah terucap. Namun, sekali pun hatiku sangat hancur, tidak satu tetes air matapun keluar dari mata ini. Kamu yang paling tahu bahwa aku yang paling sulit untuk menangis. Hatiku terlalu kering, terlalu banyak pedih yang harus ditahan dan trauma yang dipaksa dihilangkan sehingga air mata tidak bisa lagi menetes.

Pernah, di suatu kesempatan ketika hatiku sedang hancur, kamu bertanya padaku "sudah bisa nangis?", yang kemudian aku jawab dengan menggeleng kepala.

Maafkan aku karena hadir terlambat. Seandainya aku bisa hadir di pagi hari, hari di mana kamu merayakan ulang tahun bersama keluarga, mungkin aku bisa mendampingimu di akhir nafasmu. Maaf karena tidak sempat menggenggam tanganmu di saat-saat sukamu mu hilang dari raga. Hanya kata maaf yang bisa aku ucapkan saat ini, dan juga beribu terima kasih :

Terima kasih karena sudah menjadi saudara yang sangat baik selama 8 tahun ke belakang
Terima kasih atas setiap nasihat baik nya
Terima kasih karena selalu melindungiku dan menerimaku apa adanya
Terima kasih karena sudah paham mengenai kesibukanku
Terima kasih atas hati yang selalu baik, telinga yang selalu siap mendengarkan, tangan yang selalu lebar untuk memeluk
Terima kasih karena selalu percaya dan mendukung setiap mimpi yang ingin aku raih.
Terima kasih karena selalu menjadi inspirasi. Menjadi guru, menjadi terang dan pelita
Terima kasih karena selalu menguatkan

Kini aku harus melanjutkan mimpiki sendiri, juga mimpi mu yang selalu kamu ceritakan. Semoga aku bisa perlahan-lahan mewujudkannya.

Selamat melanjutkan perjalanan kamu. Setelah 24 tahun kamu berjuang dan berdamai dengan rasa sakit, kini rasa sakit itu sudah hilang, berganti kedamaian. Selamat bersanding dengan yang maha memiliki. Kamu orang baik, dan aku menjadi saksi betapa banyak sahabat berkunjung, mengirimkan doa dan karangan bunga, melantunkan beribu doa tanpa henti semalaman, menyolatkan kamu berkali-kali, memandangi damainya wajahmu kala itu.

Selamat jalan sahabat terbaik. Selamat menjadi bintang di malam hari :)

Bandung,
19 November 2016

*Maaf, di peringatan 7 hari kepergianmu, aku ingin sendirian saja. Mendoakanmu dengan caraku sendiri. Dengan cara yang sudah sangat kamu pahami


Jumat, 08 Juli 2016

Membuka Kenangan

Waktu menunjukkan pukul 1:27 am. Sudah lebih dari 2 jam aku memandang layar komputer jinjing ini. Niat awalnya adalah ingin menyiapkan bahan meeting, dan berujung pada stalking laman Facebook dan blog orang lain, serta melihat lihat ulang isi timeline.

Ternyata, banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri saya. Setidaknya saya melihat kembali isi timeline facebook selama 5 tahun terakhir. Ada banyak tawa yang saya temui, kerut di dahi, juga kesedihan yang membuka sisinya kembali. Ternyata, selama 5 tahun ke belakang saya adalah orang yang cukup aktif membuat status di Facebook, ternyata di antara para sahabat saya, saya yang paling sering bepergian sehingga banyak pesan yang dicantumkan di Facebook hanya untuk bertanya kapan saya pulang. Ah, ada begitu banyak juga yang berubah. Saya mendapati diri saya begitu ramah dalam sebuah percakapan di Facebook, saya juga mendapati diri saya begitu terbuka. Perlahan yang mulai membandingkan dengan diri saya yang sekarang. Saya yang sekarang sangat jarang mencantumkan status di Facebook, lebih realistis, kesulitan berbasa basi, dan jarang tertawa lepas.

Kenapa? pertanyaan bagus. Saya juga tidak mengerti kenapa. Tapi satu hal yang saya yakini, manusia selalu berubah, karena hidup ini pun cair. Kita bergerak mengikuti arah mata angin, arah mata air. Tawa, air mata, hinaan, jatuh dan bangun akan membentuk kepribadian kita secara bertahan. Ada banyak sekali peristiwa yang terjadi selama 5 tahun terakhir, ada begitu banyak orang yang ditemui, ada berbagai peristiwa jatuh cinta dan patah hati berulang kali. Mungkin ini yang membuat saya perlahan berubah. Satu hal yang menjadi benang merah dari kegiatan membuka kenangan adalah, bahwa saya tidak pernah berjalan sendiri. Selalu ada sahabat yang mengiringi perjalanan hidup saya, bahwa ternyata selama 5 tahun terakhir saya lebih sering melakukan perjalalan dibanding tinggal di rumah. Semoga, di lima tahun berikutnya saya bisa menjadi versi yang lebih baik dari diri saya sekarang, dan tentunya tetap melakukan perjalanan-perjalanan ke tempat-tempat yang baru. (sudah berkeluarga mungkin, diaminkan saja :D)

Senin, 23 Mei 2016

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti





"Yang yang patah tumbuh, yang hilang berganti Yang hancur lebur akan terobati Yang sia-sia akan jadi makna Yang terus berulang suatu saat henti Yang pernah jatuh ‘kan berdiri lagi Yang patah tumbuh, yang hilang berganti"

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti - Banda Neira

Karena apa yang dulu pernah hilang, kini kembali. Apa yang pernah retak, menyatu kembali.
Apa - apa yang kupikir sia-sia menemukan maknanya kembali.
Terima kasih, ini hanya soal waktu
Menunggu doa-doa dijawab, pada waktu yang tepat
Karena kita tidak bisa mengintip hari esok, ah...terlalu banyak kejutan.

Yang sudah hancur pun dapat menyatu kembali...
Sungguh, ini hanya soal waktu, dan bagaimana cara Ia menjawab sebuah doa, dan harap....