Kamis, 30 April 2015

Filosofi dan Logika





Aku, Kamu dan logika kita
Mungkin memang berbeda
Aku, Kamu dan cerita kita
ditemukan, dalam kasih sayang semesta
Kurnia.............
Kita....................


Selalu ada cara terbaik untuk mengingat seseorang. Salah satunya melalui ritual nonton film. Saya mengenang kamu dalam film ini, "Filosofi Kopi".

Filosofi Kopi juga adalah buku pertama yang saya berikan untuk kamu, lengkap bersamaan dengan tanda tangan penulisnya. Maafkan saya yang menarik kamu terlalu dalam pada dunia saya yang tidak seperti orang kebanyakan, terlalu lama kamu berada pada dunia yang mungkin belum tentu cocok dengan kamu. Saya harap, kamu bisa menikmati, dan bahagia berada beberapa tahun di dunia saya.

Terima kasih sudah mau mengerti, memahami dan menerima saya
Saya tahu kamu lelah.....
Saya cukup tahu diri untuk tidak meminta kamu kembali.....
Terima kasih sudah menemani perjalanan saya selama ini
Menonton festival film, menonton teater, melihat bintang, tersesat bersama, jalan kaki menelusuri kota, naik bukit, makan banyak, berdoa bersama, bermimpi bersama, jatuh dan bangun bersama, tenggelam bersama, dan masiiiihhh banyak lagi.

Kita selalu berdebat tentang hidup, tentunya selalu kamu mengandalkan logika berpikirmu yang sangat canggih, dan saya hanya mendengar suara hati yang tidak pernah takut dalam menghadapi apapun.

Untuk beberapa hal, saya rasa kamu terlalu penakut dan penimbang, saya tidak pernah memikirkan resiko, hanya maju terus dan terkadang serampangan. Tapi kamu harus akui, logika tidak selalu membuat kita maju, terkadang justru membuat kita mundur ke belakang karena terlalu takut akan resiko, menimbang sana sini sampai pada akhirnya tidak berani untuk melangkah.

Bertahun bersama kamu, baru tahun lalu saya mendapati kita bisa begitu berperang dengan logika, sampai rasanya suara hati tidak lagi di dengar. Cukup banyak ketakutan, harapan, juga tuntutan yang harus dipenuhi. Menggunakan pikiran untuk memecahkan semuanya tentu tidak pernah cukup, kita alpa mendengar suara hati, kita alpa menangkupkan kedua tangan untuk berserah, kita hanya mengingat harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Sampai akhirnya, kamu tahu bahwa mengandalkan kepala tidak cukup untuk membuat kita sama-sama bertahan.

Jika kamu punya cukup waktu, sempatkan untuk menonton film ini, karena di film ini saya mendapatkan banyak sekali makna hidup, juga relasi antara ayah dan anak yang digambarkan dengan sangat apik. Persis di bagian relasi ayah-anak saya mengingat kamu dan berharap bisa menonton bersama. Paling tidak, kita bisa menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.

Jika kamu punya cukup waktu, sempatkan menengok Bapak dan Ibu.

Jika kamu punya cukup waktu, sempatkan waktu sejenak untuk memaafkan saya, yang sudah menarik kamu terlalu dalam ke dunia saya.

Jika kamu punya cukup waktu, sempatkan waktu sejenak untuk bersyukur terhadap apa yang sudah dilalui bersama. Kesempatan, juga asa yang pupus.

Jika kamu punya cukup waktu, dengarkan musiknya dan tinggalkan sejenak kesibukan juga rutinitas yang merampas kebebasanmu.

Semua itu hanya bisa dilakukan jika kamu punya cukup waktu.