Minggu, 13 Desember 2015

Pinjam Meminjam (Uang)

 
 
 
 
 
"Nik, ada tetangga mau pinjam uang nih, ada nggak?"
 
Di suatu malam ibu saya bertanya hal ini pada saya. Saya bertanya mengenai nominalnya, dan setelah saya menimbang - nimbang dengan uang yang saya pegang sekarang, hanya ada satu jawaban pendek dari saya
 
"Ngga ada ma"
 
Perihal pinjam meminjam uang memang hal yang biasa bagi kita yang hidup bertetangga, hidup berteman. Kita terbiasa meminjam uang teman, mengambil pinjaman di bank, mengambil pinjaman melalui fasilitas perusahaan, fasilitas koperasi, pegadaian, dan lain - lain, you named it! banyak sekali cara untuk mendapatkan uang pinjaman.
 
Saya tidak akan bilang bahwa meminjam uang itu tidak baik atau tidak benar, sah - sah saja asalkan tidak menjadi kebiasaan. Nah, ini "kebiasaan". Kalau perihal pinjam meminjam uang sudah menjadi kebiasaan, maka kita akan cenderung longgar mengelola keuangan. Saya pikir, baik yang meminjam maupun yang memberi pinjaman juga harus sama - sama belajar, agar perihal pinjam meminjam ini tidak menjadi kebiasaan.
 
Saya ingat waktu masa kuliah dulu, ketika uang bagi saya begitu tidak mudah didapat. Saya harus mencari beasiswa, mengajar di sana sini, sampai sempat mencoba berjualan agar saya dapat bertahan hidup di kampus (bisa makan setiap hari, bisa bayar kosan, juga bisa bayar uang kuliah). Saya sadar bahwa saya memiliki kebiasaan boros. Makan seenaknya, seakan hari esok tidak pernah diciptakan, main semaunya, nonton film di bioskop sekenanya, dan perilaku boros lainnya. Terkadang saya merasa saya tidak tahu diri, sudah tidak punya uang banyak, boros pula. Karena kebiasaan saya yang boros inilah, di tengah bulan biasanya kantong saya sudah kembang kempis. Apa jadinya kalau kantong sudah kembang kempis ? Saya mulai makan mie instant hampir setiap hari, makan di warteg paling murah, rajin puasa Senin Kamis, terkadang makan hanya sekali. Bagaimana kalau saya sudah tidak tahan hidup seperti ini ?
 
Saya akan mulai menghubungi sahabat saya satu per satu, untuk meminjam uang. Saya hapal betul siapa yang akan memberikan, dan siapa yang tidak. Ada satu sahabat yang tidak pernah mau meminjamkan uangnya pada saya. Apakah dia pelit ? Tidak, Tidak punya uang ? Tidak mungkin. Karena dia adalah sahabat saya, jadi saya tahu betul alasan ia tidak meminjamkan saya uang. Ia tidak mau saya punya kebiasaan tidak bijak mengelola uang, dan kemudia menggampangkan untuk meminjam uang dengan sahabat. Sahabat saya yang satu ini selalu berasalan tidak punya uang di ATM, padahal saya tahu dia punya. Tujuannya hanya satu, ia tidak mau saya punya kebiasaan meminjam. Memang begitulah gunanya sahabat, dia tahu betul bagaimana caranya membantu saya. Alih - alih memberikan pinjaman uang, dia justru secara tidak langsung mengajarkan saya untuk menjadi orang yang bijak dalam mengelola uang.
 
Berbekal pengalaman tersebut, kini saya menjadi orang yang agak kaku dalam mengelola uang. Pelit ? Alhamdulillah tidak, apalagi kalau untuk orang lain dan keluarga, saya termasuk orang yang tidak pelit tapi juga tidak terlampau royal (karena uangnya masih belum banyak hehe). Untuk keluarga, semua sudah saya atur sesuai porsinya. Untuk mama sekian, untuk adik sekian, tabungan kuliah adik sekian, dana cadangan sekian. Kalau mereka merasa kurang, bolehkah minta uang lagi ke saya ? Tentu boleh, untuk kondisi tertentu atau ada pengeluaran yang tidak terduga. Apakah boleh meminta uang pada saya begitu saja, tiba - tiba di luar porsi yang sudah saya berikan ? Oh, tentu tidak. Saya tidak ingin menjadi mesin ATM bagi keluarg. Kejam ? Mungkin, tapi bagi saya yang terkejam bukanlah tidak memberikan uang, tapi membuat anggota keluarga bergantung pada saya untuk urusan finansial. Saya ingin keluarga saya juga bisa mandiri dalam urusan finansial, jadi saya tidak ingin membuat mereka bergantung pada saya. Sedikit demi sedikit saya sisipkan ilmu tentang bagaimana mengelola uang serta menabung.
 
Alhamdulillah, selain di keluarga saya memang tidak pernah ada kebiasaan meminta, kami pun hidup sederhana. Dua puluh enam tahun saya dibesarkan, tidak pernah papa dan mama memberikan kemewahan di luar batas kemampuannya. Prinsip mama hanya satu, kebutuhan primer terpenuhi semua dan tidak ada hutang yang menggantung. Bersyukur sangat saya besar dengan nilai - nilai seperti ini.
 
Kembali lagi ke perihal pinjam meminjam uang, saya tidak mengharamkan, karena terkadang saya menjadi pelakunya, asal tidak menjadi kebiasaan. Bagi yang suka meminjamkan, boleh sekali - sekali menolak, lihat - lihat dulu alasannya. Bagi yang suka meminjam, percayalah jika permintaan kita ditolak, bukan berarti teman kita pelit atau tidak mau meminjamkan. Itu artinya hanya kita perlu lebih bijak mengelola uang.
 
"Uang bukanlah segalanya, tapi segalanya memang butuh uang =p"