Senin, 13 Oktober 2014

Three Weeks in A Row



Hubungan antara dua insan memang masih menjadi sebuah misteri. Misteri antara dua hati yang berbeda. Hari ini saling mencintai, esok bertengkar lalu berujung perpisahan. Bertahun-tahun menjalani hubungan seperti sepasang kekasih, minggu depan bersanding di pelaminan dengan wajah yang berbeda.

Hubungan, pacaran, bukan akhir tapi proses. Sedang menurut orang bijak, pernikahan adalah awal menuju kehidupan yang sesungguhnya. Sebuah fase wajar yang dilakukan insan Tuhan. Pun, bukan dosa besar bila memilih untuk melajang seumur hidup.

Tiga minggu ini saya menghadiri tiga pesta pernikahan orang-orang yang dekat dengan saya. yang pertama adalah teman SMP, yang kedua adalah sahabat saya, sedang yang ketiga adalah orang yang pernah punya sedikit hubungan spesial dengan saya. Meskipun tiga-tiganya adalah pesta pernikahan, tetapi ketiganya memiliki nuansa magis tersendiri.

Saya menghadiri ketiga pesta tersebut sendirian (baca : tanpa dia yang baunya seperti rumah). Di pesta pertama, saya seperti kembali ke masa lalu. Masa-masa sekolah, bertemu dengan wajah-wajah yang sama yang dulu sering saya ajak bercanda, yang dulu sering saya ajak berbincang. Yang berbeda adalah status mereka sudah banyak berubah, ada yang sedang menyiapkan pernikahan, ada yang sudah menikah, dan ada yang sudah menimang anak. Satu hal yang tidak berubah adalah ingatan tentang kenangan masa lalu, juga senyum di wajah mereka. Bertemu kawan semasa sekolah adalah keajaiban bagi kami yang sudah hidup masing-masing terpisah jarak dan kasta. Di pesta penikahan, kami menyatu, riang dalam tawa dan doa mengiringi sepasang mempelai. Pasangan ini sudah berpacaran selama tujuh tahun, dan Tuhan menyatukan mereka dalam ikatan suci.

Pesta kedua bertempat di sebuah gedung agak megah. Terkesan glamor, orang yang hadir mungkin tidak sekedar ingin mendoakan pengantin, tapi juga pamer gengsi. Ketahuilah, sahabat saya menikah bukan dengan pacarnya, tetapi dengan mantan pacar yang sudah lama ia tinggalkan. Sekali lagi, hubungan adalah sebuah misteri. Di sini saya mengikuti proses dari akad nikah, saya selalu haru di sini. Akad nikah adalah momen sakral, di mana sang lelaki menyatakan siap meminang sang perempuan dan bertanggung jawab dan menyatakan siap menjalani hidup bersama. Saat ini adalah saat paling berani yang dilakukan oleh laki-laki. Saya selalu meneteskan air mata pada proses ini. Haru ketika kedua mempelai yang sudah resmi memohon restu dan sungkem, tanda berserah, meminta maaf atas semua kesalahan, juga pamit untuk melanjutkan hidup baru dengan pasangan pilihannya. Kelak saya ingin akad nikah saya dihadiri dan disaksikan oleh banyak orang-orang yang dekat dengan saya.

Yang ketiga, pesta pernikahan orang yang sempat menjadi salah satu yang spesial bagi saya. Berlangsung di rumah. Tidak banyak hingar bingar, pun tidak banyak yang saya kenal. Saya datang bersama teman-teman satu tim taekwondo. Kami saling memberi selamat dan melempar senyum bahagia. Butuh cukup keberanian untuk hadir di pesta ini. Sambil menyalami kami saling melempar senyum penuh makna tanda sudah saling melepaskan, dan dia berpesan "cepat nyusul ya", yang kemudian saya balas dengan senyum dan sebuah anggukan. Bercampur antara senang dan sedikit sedih.

Hubungan antara dua insan selalu penuh dengan misteri. Yang sekarang menjadi kekasihmu belum tentu yang kelak akan menemanimu seumur hidupku. Harapku, semoga lelaki yang baunya seperti rumah dapat menemani aku selamanya