Jumat, 15 Agustus 2014

Tentang Bahagia

"Bahagia itu sederhana", itu adalah kalimat yang seringkali saya dan teman-teman Pengajar Muda lontarkan selama menjalani tugas sebagai Pengajar Muda selama 14 bulan. Dimulai sejak masuk dalam camp pelatihan selama 7 minggu lamanya, kami mulai menyadari bahwa menjadi bahagia sungguh sangat sederhana. Ketika kami dikumpulkan dalam satu ruangan, menjadi diri kamu yang utuh, tanpa gadget di badan. Kami mulai menyadari keberadaan diri masing-masing. Ketika tidak memiliki akses terhadap media, baik cetak maupun elektronik, kami menyadari bahwa gelak tawa teman sebelah adalah sumber kebahagiaan yang nyata. Tidak perlu mencari jauh-jauh,cukup tengok sebelah mu dan dapatkan kebahagiaan di dalamnya.

Terlepas dari kerumunan positif bernama Indonesia Mengajar. Kebahagiaan bagi saya juga tersebar di mana-mana. Pada binar mata anak-anak, pada senyum lembut ibu, ledekan adik atau celoteh sahabat. Sesederhana itu menjadi bahagia, merasakan kesempurnaan dalam hidup.

Bahagia juga ada di setiap rasa syukur yang dipanjatkan. Syukur karena bisa bangun setiap pagi, menjemput rezeki, dan berkumpul bersama keluarga. Kalaupun hal-hal tersebut tidak bisa didapatkan, setidaknya masih ada rasa syukur untuk kesempatan yang diberikan Tuhan akan kehidupan ini.

Rasa syukur juga harus dirawat, harus ditumbuhkan...
cara saya merawatnya saat ini, dengan menuliskannya di sebuah buku yang berjudul "A Thank you Notes" kumpulan ucapan syukur dan rasa terima kasih yang saya alami setiap harinya. Percayalah, rasanya sangat tenang dan menyenangkan. Juga menjadi magnet bagi rasa syukur rasa syukur selanjutnya :)