Minggu, 01 Februari 2015

Sabtu Bersama Bapak

Seperti biasa, saya baru saja membaca sebuah buku yang menggugah hati saya, yang membuat saya membacanya berulang kali. Tulisan ini bukan semacam review untuk sebuah buku yang habis saya baca. Tulisan ini saya buat sebagai bentuk refleksi atas apa yang sudah saya baca. Judul buku ini adalah "Sabtu Bersama Bapak", yang ditulis oleh Adhitya Mulya dengan bahasa yang ringan dan sarat makna.

Membaca buku ini seperti bercermin, pada masa lalu juga membawa saya berpikir jauh ke depan. Buku ini memang ditulis dari sudut pandang seorang bapak. Seorang bapak yang ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak serta istrinya. Sosok bapak yang tidak hadir secara nyata, tapi hadir secara makna, menemani keluarga mereka tumbuh dewasa.

Hubungan antara anak laki-laki dan bapaknya adalah sebuah relasi yang unik. Hal ini saya dapatkan dari hasil pengamatan saya terhadap sahabat-sahabat laki-laki saya. Ada sebuah jeda yang semakin lebar antara bapak dan anak lelakinya ketika sang anak beranjak dewasa. Sahabat saya, selalu bercerita seperti itu. Sama sekali, Ia tidak cocok berbincang dengan bapaknya. Entah mungkin karena sama-sama berasal dari planet yang sama, atau memiliki ego kelaki-lakian yang sama, seorang anak lelaki menjadi begitu renggang ketika beranjak dewasa. Tidak heran, seorang anak laki-laki akan lebih dekat dengan ibunya. Mungkin diam-diam hal ini juga ditakuti oleh sang bapak. Jangan-jangan seorang bapak menginginkan anak lelakinya tidak tumbuh besar dan dewasa, agar ia bisa selalu nyambung, bisa selalu menjadi sosok bapak yang diimpikan bagi anak-anaknya. Seperti apa pun sosok bapak seharusnya, Adith menuliskan hubungan antara bapak dengan anak laki-lakinya dengan sangat apik di buku ini.

Relasi antara anak perempuan dengan bapaknya juga bisa dibilang unik. Saya contohnya, dekat dengan kedua orang tua saya. Bapak, adalah salah satu sosok laki-laki yang saya kagumi, terlepas dari berbagai sifat yang melekat pada dirinya. Karena bapak ada, saya bisa lahir ke dunia ini, bisa hidup dan mengenyam pendidikan yang nyaman, hidup berlimpah meski tidak mewah. Bapak saya, yang mengajari saya pertama kali naik sepeda, memutar-mutar tubuh saya, dan membawa saya terlelap di pangkuannya. Sampai usia saya sebesar ini, saya kadang masih suka manja sama bapak. Saya juga suka menghabiskan waktu bersama bapak. Terlebih saat malam pergantian tahun. Hampir setiap tahun saya habiskan dengan menonton TV bersama bapak, sampai tiba pergantian tahun lalu kami saling pamit tidur.

Membaca buku "Sabtu Bersama Bapak" membuat saya menerawang jauh ke depan. Saya ingin mencontoh sosok Bapak Gunawan dan Ibu Itje di buku ini. Pasangan yang saling mendukkung satu sama lain. Saling cinta sampai akhirnya salah satu dari mereka harus pindah ke dunia yang lain. Saya juga ingin mencontoh bagaiaman Pak Gunawan mendampingi anak-anaknya tumbuh. Banyak yang saya inginkan, dan semoga bisa tercapai. 

Buku ini juga sarat dengan beberapa nilai-nilai penting yang harus dimiliki oleh orang tua. Sebuah buku yang banyak menyisipkan pelajaran mengenai parenting tanpa terkesan menggurui juga minim teori. Semoga, buku ini bisa dibaca oleh lebih banyak orang, lebih banyak sahabat laki-laki saya. Dan untuk bapak, saya sayang bapak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar